Perjalanan terus ke arah selatan. Naik - turun jalan. Tepi jurang. Sunyi dan indahnya hutan di sekeliling. Sedikit rumah penduduk. Jalanan berbatu dan tidak sedikit yang licin karena hujan. Memang bukan offroad sebenarnya tapi sudah mengoyak badan dan membuat sport jantung bagi saya. Sebagai pemula.
Cukup istirahat semalam, setelah perjalanan panjang (baca: Touring: Perjalanan Kepanjen Rombongan 4x4), paginya kami berjalan-jalan di sekitar tempat persinggahan yang benar-benar di kelilingi hutan dan sawah warga. Pagi ini jelas, sejauh mata memandang tetap hijau hutan. Sawah dan tidak sedikit yang subur oleh jagung.
Sekitar pukul 10:00 dua orang perangkat/ pengurus desa datang ke tempat kami. Beliau memberikan sambutan selamat datang. Pengarahan akan daerah sekitar karena kami selaku tamu datang dari kota yang mungkin belum paham medan sekitar. Dan ucapan maaf karena jalanan belum teraspal. Warga di pedesaan benar-benar memberi respon sangat baik. Entah kenapa mereka selalu merendahkan diri mereka karena hanya sebagai warga desa yang kehidupannya sangat jauh berbeda dari warga kota.
Sebelum melanjutkan perjalanan, wajib hukumnya untuk melakukan pengecekan kembali pada kendaraan masing-masing.
Waktunya berangkat ke pantai. Baru beberapa meter dari rumah terdapat tanjakan. Dan masalah lagi pada si Biru, mobil saya. Bukan lagi terletak pada persneling. Tetapi mesin yang terasa mau mati. Checking singkat dan ternyata filter solar kotor karena tanki bahan bakar yang dikocak akibat jalanan yang bisa dibilang seperti naik kuda. Bersyukur ada 2 mobil di belakang. Si Biru terpaksa ditinggal dan saya sekeluarga nebeng di kedua mobil tersebut.
Perjalanan lumayan jauh. Layaknya pegunungan pada umumnya, di sini jalanan sangat menanjak, belum ada yang beraspal. Kami melewati jalan besar yang merupakan bakal menjadi sarana jalan utama yang menghubungkan antar kota. Benar-benar masih bebatuan. Badan pun serasa diayak ke kanan - kiri. Mengingat musim penghujan maka tidak sedikit jalanan yang membuat ban menjadi selip. Apalagi kalau jalanan benar-benar sudah menanjak. Mobil sudah sedikit 'ngotot' dan tetap serasa mau mundur lagi alias tidak kuat, dengan jurang di samping. Benar-benar membuat sport jantung. Dan sontak mulut berkomat-kamit membaca doa sebisanya. Padahal ini baru 0,00001% daripada offroad.
Bersyukur saya tidak sedang menaiki mobil pribadi saya. Kenapa? Karena di sini benar-benar mobil 4x4 yang bisa mengatasi dan beradaptasi dengan medan sedemikian rupa. Sementara mobil saya hanya dengan penggerak 2 roda saja. Sudah tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya.
Tak ada kata kapok. Semua terbayar dengan indahnya alam. Kira-kira satu setengah jam estimasi waktu yang diperlukan. Hingga akhirnya kami sampai di Pantai Bantol.
Pantai Bantol. Jujur seperti pantai milik pribadi. Ada 1 gubuk dengan persewaan tabung oksigen bila ingin menyelam. Benar-benar tak ada pengunjung kecuali kami. Tak ada biaya masuk. Tak ada biaya parkir dan lain sebagainya alias free. Tetapi benar-benar totalitas keindahan yang disuguhkan. Pasir pantai yang putih. Air laut bersih dengan enol sampah masyarakat. Bentuk bebatuan yang sangat memukau yang tak ada hentinya dihantam ombak laut.
Saya sedang asik memanjakan mata dengan pesona pantai, di atas bapak-bapak sedang sibuk mengeluarkan mobil-mobil mereka. Karena pantai berada di balik tanjakan lumayan tinggi yang harus dinaiki. Dan juga licin. 1 Willys tak sanggup menarik Willys lain, karena ban sama-sama selip. Jadinya terpaksa menggunakan TM alias tenaga manusia.
Salah satu tempat wisata baru. Wajib dicoba. Belum terjamah oleh tangan manusia. Akan tetapi kini pemerintah dalam proses memberikan fasilitas pada daerah setempat terutama untuk jalanan dan kemudahan untuk mengakses pantai.
Tak ada kata kapok, yang ada hanya rasa ingin lagi dan lagi. Kepuasan tersendiri akan tantangan yang saya rasakan dengan medan yang ada dan kepuasan akan keindahan panorama pantai yang tidak pernah ditemukan di perkotaan.
Sekilas Gallery:
No comments:
Post a Comment