Friday 27 January 2012

Seandainya ini Ujian Kesenian, bukan Statistik

Hampir satu jam telah terlewati. Tapi hanya ada soal yang saya tulis lagi dan tulisan tangan saya berisi data diri di bagian atas dari lembar jawaban yang sedang terbaring lemah di bawah kertas yang berisikan gambar karakter dari seorang gadis yang hampir selesai.

Pada pukul 8 pagi semua mahasiswa dari jurusan saya masuk ke dalam ruangan kelas. Cerita ini terjadi pada hari Selasa, 17 Januari 2012. Pada waktu ketika kami masih harus berkutat dengan ujian akhir semester tiga.

Seperti biasa, kami langsung duduk dan setiap mahasiswa dipisahkan oleh satu bangku atau kursi. Yang bermaksud supaya tidak ada satupun  mahasiswa yang dapat berbuat curang. Singkat cerita, seorang dosen yang menjaga kami langsung membagikan soal dan lembar jawaban. Nampaknya keberuntungan sedang diperuntukkan kepada kelas lain, kenapa? Karena dosen tersebut bukanlah termasuk dalam dosen yang bukan begitu baik hati untuk ukuran mahasiswa. Kami merasa bahwa beliau bahkan tidak mengedipkan matanya. Dan selalu memberikan peringatan kepada tiap mahasiswa yang tolah-toleh.

Pada kertas soal tertuliskan bahwa ujian tersebut bersifat buka buku. Dan betapa lucunya ketika saya tahu bahwa ada 4 orang termasuk saya tidak memiliki materi apapun tentang mata kuliah ini. Kemudian saya menoleh pelan-pelan ke seorang teman (@finnaagustin)duduk di belakang yang punya kopian dari materi. Akan tetapi dia hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak ada jawabannya di kertas ini." Dengan logat Jawa-nya. Kemudian saya pun kembali ke posisi.

Saya melihat keadaan sekitar dalam ruang kelas. Ibu dosen. Teman-teman saya beserta lembar jawaban mereka dan cara mereka mengerjakan ujian. Oh teman-teman saya, mereka terlihat begitu pucat dan mungkin frustasi. Dan tiba-tiba beberapa hal melintasi pikiranku, "apakah mereka dapat menyelesaikan ujian dengan baik dan lancar?". "Apakan mereka tidak belajar? Seperti saya.." Dan yang terakhir, "Semuanya, tolong aku!!"

Saya menyadari bahwa seseorang (@darma_paint) yang duduk di depan saya pintar dan canggih dalam hal hitung-menghitung. Lalu saya mengambil fotokopian teman saya dan mengalihkan pada kawan di depan. Dibaca dan agar terpecahkan sudah masalahnya. Beberapa menit kemudian aku menanyakan kembali, tapi dia hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Aku nggak nemu caranya dari fotokopian ini." Dan aku berkata pada diri sendiri, "Bagus!"

Merasa bosan lalu saya mengambil kertas hitung-hitungan atau buram, pensil dan penghapus. Kemudian saya mulai untuk menggambar. Pada saat saya sedang menggambar tak ada rasa khawatir mengenai tes tersebut. Yang ada hanya bayangan diriku mengenakan pakaian yang sedang saya bayangkan lalu mengapresiasikannya di atas kertas.

Hampir satu jam telah terlewati. Tapi hanya ada soal yang saya tulis lagi dan tulisan tangan saya berisi data diri di bagian atas dari lembar jawaban yang sedang terbaring lemah di bawah kertas yang berisikan gambar karakter dari seorang gadis yang hampir selesai.

Satu gambar telah diselesaikan. Dan dapat dilihat latar daripada pembuatan gambar pada penjuru kertas. Dibuat di ruang 403 gedung 1 pukul 08:40. Saya berpikir bahwa hal ini belum cukup. Saya masih ingin 'menggaruk' tangan saya dengan menggambar lagi.

Saya mengambil kertas soal, membaliknya sehingga halamannya kosong. Dan berlanjut pada pembuatan gravity. Gravity sederhana. Kenapa harus sederhana? Ya, karena saya belum terlalu canggih dalam pembuatannya.

Dan, dua gambar sederhana telah selesai. Begitu pula estimasi waktu ujian yang semakin pendek. Saya melihat kedua gambar saya dan berbisik, "seandainya ini ujian kesenian, bukan statistik."



NB:
Dengan menuliskan cerita ini, saya tidak ada maksud untuk menunjukkan kelemahan dan kelebihan daripada tempat dimana saya belajar. Apalagi mengenai orang-orang yang saya sebutkan di dalamnya.

Dan saya harap tidak ada yang menanyakan akhir dari ujian statistik saya. Khususnya pada nilai yang saya dapat. Hahahaha xD

2 comments:

  1. Wah dua postingan berurutan kok cuma beda bahasa,haha. Tapi setelah membaca-baca artikel Anda, saya lihat Anda mempunyai jiwa menulis yang baik. Hehehe

    Dateng2 ngelantur ya? wkwkwk
    Salam kenal

    ReplyDelete
  2. Maaf baru saya balas.
    Terimakasih buat komen dan yang jelas sudah membaca hasil "buangan" pikiran saya :D
    Iya cuma beda bahasa lumayan sekalian belajar. Hehehee

    Iyaa salam kenaaaaaaall :D

    ReplyDelete

x